Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di Daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan dia mengetahuinya pula dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak seseuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata Lauh Mahfudz; al - An'aam;59 sampai daunpun di atur dengan Allah, semuanya sudah di takdirkan Allah, aku akan bercerita sedikit mungkin berbagi semangat. siapa sangka, aku yang dulu tidak pakai jilbab sama sekali mulai memakai jilbab, siapa sangka , aku yang dulu pakai jilbab nya petak, dan diiket keleher kini sudah memakai jilbab syari bak mukena. apakah aku merasa lebih baik dari kalian yang belum mengenakannya? tentu saja tidak, aku tidaklah ada apa apanya dibandingkan orang yang sudah benar benar berhijrah. masih teringat awal kali aku menggunakan hijab hampir tiap hari itu dikarenakan pekerjaan. rasanya gatal kepala, sakit kepala, tapi ya aku berusaha melapangkan hati toh hanya untuk pergi bekerja saja.. jadi pernah suatu hari aku di panggil keruang HRD, ia memanggilku, dia menyampaikan begini "Ki, ada yang mau di sampaikan tapi jangan marah ya, aku sudah mulai takut. "apa salahku sampai dia memanggilku kesini toh kami beda management".. ternyata dia menyampaikan, beberapa laki-laki di kantor tidak fokus, kakak mendengar mereka membicarakan kiki mengenai postur tubuh. coba besok di panjangkan saja jilbabnya ya.. jangan sedih ya, biasa itu laki".. jawabku tentu saja iya kak baiklah.. keluar dari ruangan. aku malu dan benci sebenci-bencinya terhadap laki-laki di kantor itu khususnya bagian operasional,karena mereka tidak mengenalku sama sekali berani-beraninya mereka membicarakan tentang tubuhku. aku menangis, dan teman kantor membujukku, sudah ki. biasa itu laki-laki kampungan, ya aku tau dia hanya mencoba membuat ku tersenyum.. tapi dari situ aku belajar, sebaik apapun sikap kita kepada orang lain, belum tentu mereka akan bersikap manis kepada kita.. pernah lagi ketika aku mulai akrab dengan teman laik-laki di kantor, salah seorang perempuan di kantor, seperti meledekku, mencemeeh ku. sambil berkata " sabar sabar yak, ih kenapa itu dekat-dekat" dalam hatiku, kenapa sih mbak toh kami bekerja karena saling bergantungan, dan mbak tu urus aja suaminya jangan gangguin suami orang di kantor sambil manja manja suaranya.. tapi ya sekali lagi inilah sifat asli manusia, kita tidak mampu mengontrol diri tapi sibuk mungurus kekurangan orang lain.., apakah dendam ? tidak, aku sudah membuang rasa dendam di pekrjaan lama, toh tidak ada yang menguntungkan hasil dari dendam. ************* masih ingat denganku, ketika aku ke kantor pada bulan November 2017, itu pertama kalinya jilbabku sudah mulai sangat panjang datang ke kantor, dan teman-teman mulai terheran heran.. tapi aku merasa ya wajar setiap ada yang berbeda pasti jadi pusat perhatian, aku malu saat datang ke kantor dengan jilbab seperti itu, tapi ku biarkan saja ku lawan rasa maluku.. dan aku tanamkan di pikirannku, bagaimana ayahku di akhirat pasti selama ini dia kena siksa karrena ulahku.. singkat cerita, aku memantapkan diri selama satu tahun mulai belajar agama lebih dalam, aku belajar mengaji, mengikuti kajian-kajian, bahkan memasuki lingkungan yang baru dimana teman teman kerja yang baru ini menggunakan cadar. maa syaa Allah.. "Ketika kita benar-benar ingin berubah Allah memberikan kemudahan, apakah semua itu berjalan dengan mulus ? tentu saja tidak, pasti ada kerikil" tanjakannya, biar semua terasa nikmat.. jadi mungkin motivasi yang ku sampaikan jangan lelah mengejar kebaikan, ingat 1 nyinyiran dari orang lain, jangan jadikan kamu lemah. buat kalau kamu mampu dan buktikan sama mereka-mereka kita lebih baik, dan mari kita ajak dia dalam kebaikan.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarohkatuh. TAK ADA SELEMBAR DAUN YANG JATUH TANPA SEIJIN ALLAH Bismillahirrahmanirrahim… Membayangkan bahwa semua kejadian dalam hidup kita ini bukanlah kejadian yang sekenhendak kita, bahwa tidak ada yang namanya kebetulan. Ini karena letak mata di depan sehingga kita terbiasa menatap ke depan. Tidak menyadari, atau seringkali lupa, bahwa dibelakang kita ada garis hidup yang lalu. Bahwa disamping kiri kanan, bahkan atas bawah, ada kehidupan² yang lain dari mahluk² yang lain. Semuanya itu lah yang merajut benang² peristiwa dalam hidup kita. Semuanya itu lah yang menjadi lantaran kita yang sekarang, yang sekarang ini sampai di titik ini. Dan semua pikiran² ini akhirnya bertaut. Kitab “Al Ibriiz” Agama mengaturnya. Al-qur’an menuliskan. sesuai dalam firman Allah SWT menjelaskan. *Tidak ada satu pun di alam ini yang terjadi secara kebetulan, sebagaimana tertuang dalam Al-Qur`an,* *↗️Allah SWT berfirman* “Allah yang meninggikan langit tanpa tiang sebagaimana yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy. Dia menundukkan matahari dan bulan; masing-masing beredar menurut waktu yang telah ditentukan. *Dia mengatur urusan makhluk-Nya,* dan menjelaskan tanda-tanda kebesaran-Nya, agar kamu yakin akan pertemuan dengan Tuhanmu.” QS. Ar-Ra’d 13 Ayat 2 _*🗣Dalam ayat lain dikatakan, Allah SWT berfirman* “Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. *Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya.* Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata Lauh Mahfuzh.” QS. Al-An’am 6 Ayat 59 _Dialah Allah Yang menciptakan dan mengatur semua peristiwa, sebagaimana mereka berawal dan berakhir. Dia pulalah yang menentukan setiap gerakan bintang- bintang di jagat raya, kondisi setiap yang hidup di bumi, cara hidup seseorang, apa yang akan dikatakannya, apa yang akan *↗️Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur`an, Allah SWT berfirman* “Sesungguhnya, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” QS. Al-Qamar 54 Ayat 49 *↗️Ayat yang lain lagi mempertegas Allah SWT berfirman* “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan tidak pula dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab Lauh Mahfuzh sebelum Kami menciptakannya. *Sesungguhnya, yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”* QS. Al-Hadid 57 Ayat 22 *👏Duh Gusti yg maha besar kami mohon Ampunanmu…!* _Apapun masalah yang dialami dalam hidup kita, sebesar ataupun sekecil apapun peranannya, adalah sudah dituliskan, Apapun peristiwa yang terjadi dalam hidup ini, sepenting ataupun seremeh apapun, adalah juga sudah dituliskan. Apa yang harus kita khawatirkan? Jika kita dibuatNya begini, menjadi seperti ini, di jalan ini, maka ini bukanlah trial dan errornya Allah atas hidup kita. Bukan lahan coba² bagi Dia untuk hidup kita. Sekuat apapun kita menolak dan menghindar, bila itu sudah disahkan atas hidup kita, maka bagaimanapun caranya hal itu akan tetap terjadi jua. Begitupun sebaliknya, *Karena tidak ada selembar daun pun yang jatuh tanpa seijin Allah. _Subhanallah.*_ _Semoga bermanfaat bisa menjadikan kita sabar dan istiqomah dalam menjalani kehidupan ini. *Insayaallah.. Aamiin.*_ *Salam™️* Navigasi pos
Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah Dzat Yang Maha Mengetahui lagi Maha Melihat. Dia adalah Tuhan kita semua. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Al-Hujuraat 18 Di dalam Al-Quran dijelaskan bahwa tidak ada yang bisa lolos dari penglihatan-Nya, tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya Yang mengetahui semua yang ghaib dan yang nampak; Yang Maha Besar lagi Maha Tinggi. Sama saja bagi Tuhan, siapa diantaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus-terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan menampakkan diri di siang hari. Ar-Ra’d 9-10 Allah Subhanahu Wa Ta’ala selalu mengawasi dan melihat kita di manapun kita berada. sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi. Al-Fajr 14 Sudah seharusnya kita saling merenungi ayat-ayat di atas bahwasannya semua yang kita lakukan sesungguhnya dilihat oleh Allah Tabaraka Wa Ta’ala, kita harus merawa selalu diawasi dan selalu diperhatikan oleh-Nya. Bahkan ucapan di dalam hati kita pun Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengetahuinya. Katakanlah "Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui." Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ali Imran 23 Maka dari itu, mari kita tetap berbuat baik dan senantiasa berada di jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar kita selamat di dunia dan di akhirat. Semoga pembahasan kali ini bermanfaat. - Unknown خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ artinya "Sebaik-Baik Kalian Adalah Orang Yang Belajar Al-Quran Dan Mengajarkannya."Danpada sisi Allah-lah mafatih yang ghaib (kunci-kunci semua yang ghaib); tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah, Dia sendiri dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan. Dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula,) Dan tidak jatuh sebuah bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak ada sesuatu yang basah dan atau yang kering, melainkan tertulis dalam MENDATANGI DUKUN, DOSA BESAROleh Ustadz Abu Isma’il Muslim al-AtsariTermasuk iman kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala adalah beriman bahwa hanya Allâh Subhanahu wa Ta’ala yang mengetahui seluruh perkara ghaib. Allâh Azza wa Jalla berfirmanقُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ“Katakanlah, Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah..” [An-Naml/27 65]Kemudian terkadang Allâh Azza wa Jalla memberitahukan sebagian perkara ghaib itu kepada rasul yang Dia kehendaki lewat wahyu-Nya. Allâh Azza wa Jalla berfirmanعَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَىٰ غَيْبِهِ أَحَدًا ﴿٢٦﴾ إِلَّا مَنِ ارْتَضَىٰ مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا“Dia adalah Rabb Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga malaikat di muka dan di belakangnya“. [Al-Jinn/72 26-27]Yang dimaksud perkara ghaib yaitu perkara yang tidak dapat dijangkau oleh panca indra manusia. Lihat Alamus Sihr, hal 263, karya Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar.LIMA KUNCI PERKARA GHAIB Dan ada lima kunci perkara ghaib yang hanya diketahui oleh Allâh. Allâh Azza wa Jalla berfirmanوَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍDan pada sisi Allâh-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya pula, dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melaimkan tertulis dalam kitab yang nyata Lauh Mahfuzh. [Al-An’am/6 59]Syaikh Shâlih al-Fauzan hafizhahullâh menyatakan bahwa firman Allâh “Tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri”, maka barangsiapa mengaku-ngaku mengetahui sesuatu darinya, dia telah kafir”. Syarah Aqidah Washitiyah, hlm 105; karya Syaikh Shâlih al-Fauzan; penerbit Darul AqidahLima kunci perkara ghaib ini dijelaskan oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam di dalam haditsnya yang shahih, sebagai berikutعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ خَمْسٌ إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌDari Abdullâh bin Umar, bahwa Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda Kunci-kunci semua yang ghaib ada lima, beliau membaca ayat, surat Luqman 34 Sesungguhnya Allâh, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan Allâh Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. [HR. Al-Bukhari, no 4627]Syaikh Shâlih al-Fauzan hafizhahullah menyatakan, “Maka barangsiapa mengaku-ngaku mengetahui perkara ghaib dengan sarana apa saja –selain yang dikecualikan oleh Allâh kepada para rasul-Nya lewat wahyu-Nya- maka dia pendusta, kafir. Baik hal itu dengan sarana membaca telapak tangan, gelas, perdukunan, sihir, perbintangan/zodiak, atau lainnya”. [Lihat Kitab at-Tauhid, hlm. 30, karya Syeikh Shâlih al-Fauzan, penerbit Darul Qosim, cet 2, th 1421 H / 2000 M]Beliau juga berkata “Maka barangsiapa mengaku-ngaku mengetahui perkara ghaib atau membenarkan orang yang mengaku-ngaku hal itu, maka dia musyrik, kafir. Karena dia mengaku-ngaku menyekutui Allâh dalam perkara yang termasuk kekhususan-kekhusuanNya”. Lihat Kitab at-Tauhid, hlm. 31, karya Syeikh Shâlih al-Fauzan, penerbit Darul QosimLARANGAN MENDATANGI DUKUN! Karena yang mengetahui perkara ghaib hanya Allâh, maka syari’at Islam melarang umatnya mendatangi dukun. Yang dimaksudkan dukun di sini adalah yang bahasa arabnya adalah kâhin atau arrâf. Yaitu orang yang mengaku-ngaku mengetahui perkara ghaib, apa yang akan terjadi, tempat barang hilang, pencuri barang, isi hati orang, dan semacamnya. Walaupun di masyarakat dikenal dengan sebutan kyai, orang pintar, orang tua, atau Al-Khaththâbi rahimahullah berkata, “Arrâf adalah orang yang mengaku mengetahui tempat barang yang dicuri, tempat barang hilang, dan semacamnya”. Syarah Nawawi, 7/392Mendatangi dukun seperti ini haram hukumnya. Barangsiapa mendatanginya dan bertanya kepadanya, maka shalatnya selama 40 hari tidak diterima oleh Allâh Azza wa Jalla. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabdaمَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةًBarangsiapa mendatangi arrâf lalu bertanya kepadanya tentang sesuatu, tidak akan diterima darinya shalat 40 hari. [HR. Muslim, no 2230]Maksud “tidak akan diterima darinya shalat 40 hari”, yaitu tidak ada pahala baginya, walaupun shalatnya sah di dalam menggugurkan kewajibannya, dan dia tidak harus hadits lain, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabdaمَنْ أَتَى حَائِضًا أَوْ امْرَأَةً فِي دُبُرِهَا أَوْ كَاهِنًا فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Barangsiapa mendatangi yakni menggauli/mengumpuli wanita haidh atau mendatangi yakni menggauli/mengumpuli wanita pada duburnya atau mendatangi kâhin dukun, maka dia telah kafir kepada al-Qur’an yang telah diturunkan kepada Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam“. [HR. Tirmidzi; Abu Dawud; dll]Kafir di sini maksudnya kafir kecil yang tidak mengeluarkan dari Islam, dengan dalil shalatnya tidak diterima 40 hari. Karena seandainya kafir besar yang mengeluarkan dari Islam, maka shalatnya seumur hidupnya tidak diterima, wallâhu a’ Muhammad bin Shâlih al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa bertanya kepada arrâf dukun dan semacamnya ada beberapa macamSekedar bertanya saja. Ini hukumnya haram. Berdasarkan hadits “Barangsiapa mendatangi arrâf…”. Penetapan hukuman terhadap pertanyaannya menunjukkan terhadap keharamannya. Karena tidak ada hukuman kecuali terhadap perkara yang kepada dukun, meyakininya, dan menganggap benar perkataannya. Ini kekafiran, karena pembenarannya terhadap dukun tentang pengetahuan ghaib, berarti mendustakan terhadap Al-Qur’ kepada dukun untuk mengujinya, apakah dia orang yang benar atau pendusta, bukan untuk mengambil perkataannya. Maka ini tidak mengapa, dan tidak termasuk larangan dalam hadits di atas. Karena Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pernah bertanya kepada Ibnu Shayyad untuk kepada dukun untuk menampakkan kelemahan dan kedustaannya. Ini terkadang hukumnya wajib atau dituntut. [Diringkas dari Al-Qaulul Mufid ala Kitab at-Tauhid 2/49, karya Syeikh al-Utsaimin, penerbit Darul Ashimah, cet 1, th 1415 H]PERKATAAN DUKUN TERKADANG BENAR? Telah nyata larangan agama Islam, tetapi mengapa banyak orang yang percaya terhadap perkataan dukun? Ternyata sebagian manusia itu terpedaya dengan sebab perkataan dukun itu terkadang sesuai dengan sebagian dukun itu meminta pertolongan kepada jin untuk mengetahui pencuri, tempat barang hilang, dan sebagainya. Jin-jin itu juga memberitahukan bahwa Fulan akan datang hari ini atau besok, bahwa Fulan datang dengan keperluan ini atau itu, dan kâhin berkata benar, dalam perkara yang akan terjadi, maka itu adalah satu kalimat dari jin hasil copetan dari dukun mengucapkan kalimat-kalimat umum yang bisa ditafsirkan dengan semua kejadian. Atau mereka bersandar kepada pengalaman dan kebiasaan, atau persangkaan. Namun sesungguhnya kebenaran dari perkataan dukun itu sangat sedikit dibandingkan dengan ini juga disebutkan di dalam hadits-hadits shahih yang lain, antara lain sebagai berikutعَنْ عُرْوَةَ يَقُولُ قَالَتْ عَائِشَةُ سَأَلَ أُنَاسٌ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْكُهَّانِ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسُوا بِشَيْءٍ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَإِنَّهُمْ يُحَدِّثُونَ أَحْيَانًا الشَّيْءَ يَكُونُ حَقًّا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تِلْكَ الْكَلِمَةُ مِنْ الْجِنِّ يَخْطَفُهَا الْجِنِّيُّ فَيَقُرُّهَا فِي أُذُنِ وَلِيِّهِ قَرَّ الدَّجَاجَةِ فَيَخْلِطُونَ فِيهَا أَكْثَرَ مِنْ مِائَةِ كَذْبَةٍ Dari Urwah, dia mengatakan Aisyah berkata “Orang-orang bertanya kepada Rasulûllâh Shallallahu alaihi wa sallam tentang para kahin, maka Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam berkata kepada mereka “Mereka tidak benar/batil”. Para Sahabat mengatakan “Wahai Rasûlullâh, sesungguhnya para kahin itu terkadang menceritakan sesuatu yang menjadi kenyataan”. Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Itu adalah satu kalimat dari jin, jin mencopet kalimat itu lalu membisikkannya pada telinga wali kekasihnya seperti berkoteknya ayam. Kemudian para kahin itu mencampur pada kalimat itu lebih dari seratus kedustaan”. [HR. Muslim, no. 2228]Dari penjelasan ini kita mengetahui bahaya perdukunan, semoga Allâh selalu menjaga kita dari kesesatan-kesesatan. Aamîn. Wallâhu al-Musta’an.[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 07/Tahun XXI/1439H/2017M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079] BerimanKepada yang Ghaib. November 11, 2011 In Khutbah Jumat Pilihan, Pondasi Agama. " Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh Oleh Ahmad Hadian Ketua DPD PKS Kab. Batu Bara – Sumatera Utara Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya pula, dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata Lauh Mahfuzh. al An’am 59 Ma’ashirol Muslimin Rahimakumullah, Pernahkah kita menyempatkan diri menghitung berapa helai daun yang jatuh dari pohon di halaman rumah kita? Ini mungkin terkesan sepele, sama sepelenya dengan arti sehelai daun dalam pandangan kita. Apa pentingnya bertanya seperti itu, dan sejauh apa pentingnya daun-daun pepohonan bagi kita? Di situlah masalahnya. Kita umumnya cenderung mengabaikan hal-hal yang kecil. Pohon rambutan di halaman rumah kita, misalnya, yang selalu kita perhatikan adalah sudahkah tumbuh bunganya ? Buahnya sudah masak atau belum, dan sebagainya. Sedangkan berapa helai daunnya yang jatuh, kita tentu tak pernah menghitungnya? Namun, tidak demikian halnya dengan Allah SWT. Dalam surat Al-An’aam 59 dikatakan, Dia mengetahui setiap helai daun yang jatuh wama tasquthu min waraqatin illaa ya’lamuha. Bayangkan, setiap helai daun Allah ketahui dengan pasti. Apa makna dari perbuatan Tuhan ini? Buat apa Tuhan menghitungi daun-daun? Apa Tuhan tidak ada kerjaan sehingga sempat-sempatnya melakukan sesuatu yang menurut pandangan kita sangat sepele itu? Makna ayat ini adalah tamsil, ini bukanlah bahwa Tuhan kurang kerjaan, tetapi bahwa apa-apa yang kita melalaikannya, Dia justru memperhatikannya. Hal-hal yang dalam pandangan kita kecil, sepele, bagi Dia tetap memiliki nilai dan arti. Pesan pentingnya adalah, jika yang kita anggap sepele saja Dia perhatikan, apatah lagi hal-hal yang kita anggap penting. Jika yang kecil-kecil saja tidak pernah lepas dari penglihatan Dia, apalagi yang besar-besar. Jika sesuatu yang seremeh helai daun saja Dia perhatikan, apalagi manusia dan semua perbuatannya, karena manusia tentu saja jauh lebih penting daripada sekadar helai daun. Dalam pandangan Allah, semua adalah penting, semua bermakna. Seluruh benda hidup dan benda mati menjadi urusan bagi Dia, tak ada kecuali barang satu dan sedikit pun. Begitu pula atas segala perbuatan manusia di dunia ini, baik amal yang kecil maupun yang besar, yang sedikit maupun yang banyak. Dalam surat Az-Zalzalah 7-8 dikatakan, setiap perbuatan manusia, entah yang baik atau buruk, meski sebiji zarrah mitsqal dzarratin akan tetap dimintai pertanggungjawabannya kelak di akhirat. Orang-orang solih di masa lalu mengerti benar ajaran ini, dan mereka mengim-plementasikannya dalam setiap gerak kehidupan. Sheikh Idris –ayahanda Imam Syafi’i– misalnya, rela berjalan menyusuri ke hulu sungai, hanya untuk mencari pemilik dari sebuah delima yang terbawa arus sungai dan ia telah menyantapnya, itu dilakukannya untuk minta kehalalan. Sayang sekali, makna ataupun ajaran terdalam yang tersirat dari surat Al-An’aam 59 itu, yakni tentang kontrol moral, sekarang ini justru telah tercampakkan jauh-jauh dari arena kehidupan kita. Kita seringkali tidak menyadari atau pura-pura tidak sadar atau bahkan berani melawan kesadaran, bahwa Allah maha menatap apapun yang kita kerjakan dalam kehidupan ini. Buktinya adalah kita selalu saja berani melakukan maksiat-maksiat terutama maksiat yang merupakan dosa kecil yang kita anggap sepele. Kita selalu beranggapan bahwa setelah melakukan hal itu toh kita bisa bertaubat. Saudaraku, kata rasulullah saw, perumpamaan orang yang melakukan dosa kecil itu adalah seperti seseorang yang mengumpulkan ranting kayu untuk dibuat api unggun, semakin lama semakin menumpuk ranting tersebut. Maka manakala sudah menumpuk kemudian ia membakarnya, maka timbullah api yang besar yang akan mampu membakar segala sesuatu yang ada disekelilingnya. Demikian pula dosa-dosa kecil itu, jika terus kita kumpulkan, maka kita akan semakin asyik dengannya dan semakin lupa untuk kembali ke jalan yang benar, akhirnya dosa besar pun mulai kita lakukan, kemudian kita tersesat semakin jauh dan sulit untuk kembali. Na’udzu billah min dzalik. Lebih dari itu saudaraku, dosa kecil itu ibarat butiran pasir yang terselip disela-sela jari kaki. Seorang pendaki gunung contohnya, akan sangat siap menghadapi ganasnya medan dengan mempersiapkan segala sesuatu berupa perlengkapan pendakian. Mereka telah menyiapkan sepatu bertapak khusus untuk mengantisipasi licinnya lereng yang terjal, mereka juga telah siap dengan tali temali sebagai alat bantu keselamatan. Lalu ada ransel besar yang mereka bawa berisi pakaian tebal anti cuaca dingin dan tidak lupa pula tentunya bahan makanan sebagai persediaan, dan alat-alat kelengkapan lainnya. Tetapi ternyata saudaraku, mereka selalu saja tidak siap menghadapi sebutir pasir yang menyelinap masuk kedalam kaus kakinya, lalu terselip di antara jari kakinya, kemudian ia mengakibatkan lecet yang semakin lama semakin mengganggu, bahkan menimbulkan rasa sakit yang luar biasa dan sangat mungkin menyebabkan kecelakaan yang fatal. Nah saudaraku kaum Muslimin rahimakumullah, kita selalu siap dan hati-hati sekali menghindari kesalahan-kesalahan besar dalam hidup ini, tetapi kita seringnya justru tergelincir karena kesalahan yang kecil. Maka mulai sekarang waspadalah kita terhadap segala bentuk penyimpangan dan dosa, sebab sekecil apapun dosa itu, Allah melihatnya dan mencatatnya. Kalau Allah begitu mengenali kesalahan-kesalahan kecil manusia, apatah lagi kesalahan-kesalahan besar yang kita kerap lakukan ?? Budaya korupsi yang begitu mengakar dalam diri bangsa ini misalnya, kebiasaan Risywah sogok menyogok yang sudah menjadi syarat bagi mendapatkan segala sesuatu sudah sedemikian menjadi-jadi dan sebuah kelaziman, itu semua sesungguhnya berpangkal pada lemahnya kontrol moral kita sebagai manusia. Manusia ini memang cenderung selalu lebih takut kepada yang nampak saja, padahal yang nampak itu punya berbagai kelemahan dan hakikatnya tidak abadi. Sementara Allah yang nota bene tidak nampak itu tidak kita takuti, padahal kekuasaannya meliputi segala sesuatu dan Sang pemilik keabadian. Ketika seseorang takut kepada pengawasan makhluk, maka ia mencoba untuk mengakali kemampuan pengawasnya dan mungkin saja ia berhasil mengelabui sang pengawas itu. Tetapi siapapun orangnya yang mencoba mengakali Allah Sang Pengawas tertinggi itu, ketahuilah bahwa DIA adalah pencipta akal manusia, DIA akan tetap tahu apa yang kita lakukan bahkan apapun yang kita rencanakan. Wahai hamba-hamba Allah yang lemah, mari kita kuatkan kembali perasaan dan keyakinan akan Muroqobatullah perasaan senantiasa diawasi oleh Allah sebab hanya dengan begitu kita akan selamat dan terhindar dari perbuatan yang menyimpang. Akan tetapi saudaraku muslimin rahimakumullah, permasalahannya kemudian adalah bahwa untuk bisa memiliki sifat muroqobatullah itu tidaklah semudah merencanakannya. Untuk bisa memiliki perasaan senantiasa diawasi Allah swt itu tidak bisa ujug-ujug begitu saja, ini semua perlu upaya, perlu latihan yang diawali dengan pemahaman yang benar tentang hal ini. Al Ustadz Sa’id bin Muhammad Daib Hawwa Sa’id Hawwa dalam kitabnya “al Mustakhlash fii tazakiyyatil anfus” yang merupakan penyempurnaan dari kitab Ihya Ulumuddin nya Imam al Ghozali, mengemukakan tentang teori dan langkah-langkah memperbaiki diri. Itu semua ternyata harus dimulai dengan langkah-langkah penyucian jiwa Tazkiyyatun Nafs yang dimulai dari rajin bermuhasabah sebelum tidur yaitu merenungkan kembali perjalanan hidup yang telah kita lakukan seharian, jika kita menemukan dosa maka kita segera beristighfar, jika kita menemukan kebaikan kita bersyukur dan berdo’a agar esok pagi kita mampu mengulanginya dengan kebaikan yang lebih besar. Langkah berikutnya, memutaba’ah diri yaitu memberikan target-target amalan kepada diri sendiri seperti mentargetkan untuk tetap membaca qur’an sekian ayat dalam sehari, mentargetkan untuk berpuasa sunnah sekian hari setiap minggunya, qiyamul lail sekian kali dalam sepekan, mentargetkan harus bershodaqoh setiap hari meskipun kecil, mendawamkan sholat berjamaah dimasjid, selalu istighfar setiap waktu dan lain sebagainya. Kemudian setelah itu bermujahadah yaitu berusaha dengan sungguh-sungguh melawan kemalasan dalam melaksanakan target-target pribadi itu. Akhirnya langkah itu ditutup dengan Mulaazamatush sholihin bergaul senantiasa dengan orang-orang sholih yaitu menjaga pergaulan kita sehari-hari. Agar kita bisa istiqomah dalam kebaikan, terhindar dari dosa besar maupun kecil, maka kita wajib bergaul dengan orang-orang yang memang sudah berhasil bisa berubah, merubah dirinya dari kejahiliyahan menjadi orang yang memelihara diri dengan amalan sholihnya. Yakinlah saudaraku, bahwa pergaulan itu adalah pintu masuk. Manakala kita bergaul dengan para sholihin, insya Allah lambat laun kita akan menjadi sholih dan sebaliknya manakala kita berkawan dengan orang jahil, cepat atau lambat kita pun akan terikut menjadi jahil. Rasul saw pernah bersabda “al mar-u alaa diini kholilihi, falyanzhur ahadukum man yukhollil” = seseorang itu tergantung kepada agama sahabatnya, maka setiap kamu hendaklah berhati-hati dengan siapa kamu bersahabat. Saudaraku muslimin rahimakumullah. Dengan siapapun kita memang harus berkawan, kita memang harus bergaul. Tetapi yang dimaksud dengan pergaulan dalam hal ini adalah memilih sahabat, kawan akrab yang bisa menjadi tempat curhat. Teman yang bisa jadi kawan diskusi dan berbagi. Kalau bergaul secara sosial dalam kehidupan bertetangga dan bermasyarakat, bergaulah sebagai mana mestinya, tak baik kita beda-bedakan mereka atas dasar apapun. Tetapi dalam memilih sahabat seperjalanan tentunya kita harus punya pilihan. Demikianlah mudah-mudahan bisa memberikan pencerahan dan semoga kita ditunjukan kejalan yang benar, dijumpakan dan dikumpulkan dengan kawan-kawan yang sholih dimana kita bisa belajar dan bersama-sama menjalani sisa hidup ini dengan selamat dibawah ridho Allah swt. Amiin allahumma amiin, aquluu qouli hadza wa astaghfirullaha liy walakum. Edisi Cetak No. 21/Thn-8/2008 4 Rabi’ul Akhir 1429 H This entry was posted on Jumat, April 25th, 2008 at 128 pm and is filed under Uncategorized. You can follow any responses to this entry through the RSS feed. You can leave a response, or trackback from your own site. Navigasi pos Previous Post Next Post » . 276 140 345 105 247 323 233 313